Kata “drama” mungkin menjadi hal yang sudah pasti Sahabat Latis pahami sejak lama, bukan? Ya, drama merupakan kisah atau cerita yang menggambarkan tokoh dan kehidupannya melalui sebuah pementasan.
Sebelum menampilkan sebuah drama, kita diminta untuk menulis naskah yang berisikan cerita yang akan dipentaskan tersebut.
Lantas, apa saja yang mesti kita pahami sebelum mementaskan sebuah drama? Agar lebih memahami pelajaran kali ini, mari kita simak ulasan berikut.
Drama
Apa yang akan kita pelajari pada bab ini? Nantinya, Sahabat Latis akan belajar tentang apa itu drama, unsur intrinsik drama, peran dalam drama, menganalisis isi dan kebahasaan drama, serta mendemonstrasikan drama.
Baca juga: Les CPNS Jakarta
A. Definisi Drama
Para ahli memiliki mendefinisikan drama dengan ungkapan yang berbeda-beda. Di antaranya adalah sebagai berikut.
- Anne Civardi menuturkan bahwa drama adalah kisah yang dipentaskan melalui kata-kata dan gerak.
- Budianta mengatakan bahwa drama adalah alur cerita sastra yang menampilkan interaksi antar tokoh (dialog).
- Ferdinand Brunetierre berpendapat bahwa drama adalah sebuah seni yang menghasilkan sebuah aksi dan gerakan yang dapat dipertontonkan.
- Moultoun menyatakan bahwa drama adalah kisah hidup yang divisualisasikan dalam sebuah pertunjukan gerak.
- Seni Handayani berpendapat bahwa drama adalah sebuah komposisi dari seni pertunjukan dan seni sastra.
- Tim Matrix dan Media Literita menyatakan bahwa drama merupakan sebentuk pementasan cerita yang memaparkan kisah hidup manusia yang dilakoni oleh tokoh.
- Wildan mengatakan bahwa drama adalah komposisi yang dilahirkan dari beberapa cabang seni sehingga menghasilkan drama yang dipentaskan dan drama tertulis.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat kita simpulkan bahwa drama merupakan karya sastra berbentuk dialog yang divisualisasikan dalam bentuk pementasan dan diperankan oleh aktor.
B. Tujuan dan Ciri-ciri Drama
Drama bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang seni teater dan sebagai sarana dalam menyampaikan sebuah pesan kepada masyarakat ramai.
Selain itu, drama juga memberikan kesempatan kepada khalayak untuk berkreasi, meningkatkan rasa percaya diri, dan wadah edukasi.
Sebuah pementasan disebut drama apabila memiliki konflik, diperankan oleh aktor, tidak ada pengulangan pada satu masa, dan durasi pementasan tidak lebih dari tiga jam.
C. Jenis-jenis Drama
Jenis-jenis drama terbagi atas tiga kelompok yaitu berdasarkan sarana, berdasarkan keberadaan teks naskah, dan berdasarkan penyajian kisah.
1. Drama Berdasarkan Sarana
Drama berdasarkan sarana merupakan drama yang dikelompokkan atas sarana publikasi drama itu sendiri. misalnya drama panggung, drama radio, drama film, drama televisi, drama boneka, dan drama wayang.
- Drama panggung; drama yang ditampilkan di atas pentas.
- Drama radio; drama yang hanya bisa didengar.
- Drama film; drama yang menggunakan layar lebar sebagai media penayangannya.
- Drama televisi; drama yang ditayangkan di televisi.
- Drama boneka; drama yang diperankan oleh boneka sebagai media penyampaian pesan.
- Drama wayang; adanya pergelaran wayang yang mengiri drama.
2. Drama Berdasarkan Keberadaan Teks Naskah
Drama berdasarkan teks naskah terbagi menjadi drama tradisional dan drama modern. Drama tradisional merupakan drama tanpa naskah yang terjadi secara alami. Sedangkan drama modern adalah drama yang dipentaskan berdasarkan naskah.
3. Drama Berdasarkan Penyajian Kisah
Drama berdasarkan penyajian dapat dikatakan sebagai aliran drama. Misalnya drama tragedi, komedi, tragekomedi, melodrama, opera, tablo, farce, dan sendratari.
- Tragedi; drama yang menceritakan teentang kejadian yang menyedihkan.
- Komedi; drama yang bertemakan hal-hal lucu.
- Tragekomedi; drama yang memadukan tragedi dan komedi.
- Melodrama; drama yang diiringi oleh musik.
- Opera; drama yang menampilkan nyanyian dan pertunjukan musik.
- Tablo; drama yang mengombinasikan dialog dan gerakan.
- Farce; drama yang memuat dagelan pada dialognya.
- Sendratari; drama yang dipadukan dengan seni tari.
D. Struktur dan Unsur-unsur Drama
Struktur drama terdiri atas tiga jenis yaitu prolog, dialog, dan epilog. Prolog merupakan pengantar cerita sebelum memasuki bagian dialog. Sedangkan dialog merupakan percakapan antar tokoh. Drama ditutup dengan kesimpulan yang berisi amanat atau disebut sebagai epilog.
Sebuah drama memuat orientasi, konflik, dan resolusi. Orientasi menggambarkan aksi, tokoh, tempat, dan waktu. Sementara itu, komplikasi merupakan pengembangan konflik. Konflik tersebut berkembang hingga mencapai puncaknya. Itulah yang disebut sebagai resolusi.
Drama juga memaparkan beberapa unsur seperti latar, penokohan, tema, dialog, dan pesan.
- Latar; terbagi atas tiga bagian yaitu latar tempat, waktu, dan suasana.
- Penokohan; terdapat empat klasifikasi tokoh dalam drama yaitu tokoh gagal (tokoh yang bertentangan dengan tokoh lain), tokoh idaman (tokoh yang baik), tokoh statis (tokoh yang bersifat tetap dari awal hingga akhir), dan tokoh yang berkembang (tokoh yang mengalami perubahan karakter).
- Tema; merupakan gagasan drama yang menggambarkan permasalahan terkait kekuasaan, kemanusiaan, kecemburuan, kasih sayang, dan lainnya.
- Dialog; percakapan antar tokoh yang mendukung gerak dan ucapan para tokoh.
- Pesan; adalah ajaran moral yang tersirat pada sebuah drama yang disampaikan kepada penonton.
E. Menganalisis Isi dan Kebahasaan Drama
Salah satu cara untuk mengetahui kebahasaan drama, kita perlu melakukan analisis isi drama dengan membaca teks drama tersebut secara menyeluruh.
Setelah itu, kita akan menemukan bahwa:
- Drama menggunakan dialog dengan kata-kata yang digunakan dalam keseharian kita. Misalnya oh, sih, aduh, ya, dan lainnya.
- Drama menggunakan kata-kata sifat seperti rapi, bersih, wangi, dan kata-kata yang menggambarkan suasana.
- Menggunakan kata kerja aktif seperti merasakan, mengharapkan, menginginkan, dan lainnya.
- Adanya konjungsi kronologis atau urutan waktu. Seperti sebelum, mula-mula, sebelum, dan lainnya.
F. Mendemonstrasikan Drama
Bagaimana cara mendemonstrasikan drama? Sebelum kita mementaskannya, Sahabat Latis harus mengetahui apa tema yang diangkat pada drama tersebut.
Terdapat dua jenis tema drama yaitu tema utama dan tema tambahan. Tema utama merupakan landasan atau tema secara keseluruhan. Sedangkan tema tambahan adalah tema pendukung.
Agar Sahabat Latis lebih memahami apa itu drama, mari kita cermati contoh drama di bawah ini!
Sandal Jepit
(Prolog)
Suara adzan terdengar menggema siang hari itu.
Dua orang pria bernama Kasim dan Rizal berpakaian rapi mengenakan baju koko dan sarung berjalan bersama menuju ke masjid untuk melaksanakan sholat Jumat.
Mereka tampak berjalan sedikit tergesa-gesa sambil sesekali membenarkan sarung yang mereka kenakan.
(Dialog)
Kasim : (Berjalan di depan Rizal) “Ayo cepat sedikit, Zal!
Rizal : “ Iya. Iya. Ini juga sudah cepat.”
Tiba-tiba Rizal tersandung batu dan sandal jepit yang digunakannya putus.
Rizal : “Aduh!” (hampir terjatuh)
Kasim : “Kenapa Zal?”
Rizal : (Melepas sandalnya) “Ya… Putus. Kamu sih, Sim, menyuruh aku cepat-cepat. Sandalku putus kan jadinya.”
Kasim : “Loh, kok malah menyalahi aku. Sudah, kamu bawa aja dulu itu sandalmu. Nanti aja sehabis jumatan kamu beli sandal yang baru. Ini sudah mau iqamah, nanti kita telat Shalat Jumatnya.”
Rizal : “Kamu menyuruh aku menceker? Ogah banget.”
Kasim : “Sebentar doang, daripada kita telat sholatnya.”
Selepas Shalat Jumat, semua orang mulai keluar dari masjid satu persatu. Kasim menunggu Rizal di depan gerbang masjid. Hingga akhirnya Rizal datang.
Kasim : “Lama amat, Zal. Loh, sandal siapa tuh yang kamu pakai? (melihat sandal yang dipakai Rizal).”
Rizal : “He he…aku juga nggak tahu ini sandal siapa. Aku menemukan ini di samping sandalku yang putus tadi.”
Kasim : “Itu ya enggak ketemu namanya, Zal. Nanti kalau pemiliknya nyariin bagaimana, coba?”
Rizal : “Kan dia bisa pake sandal yang aku tinggalin. Sudahlah, ayo cepat pulang!”
Kasim : “Parah kamu, Zal. Pokoknya aku nggak ikut-ikutan ya.”
Rizal : “Iya…iya. Bawel kamu. Anggap aja ini berkah dari Shalat Jumat.”
Kasim : “Mana ada berkah dari mengambil sandal orang lain. Rizal…Rizal.”
Di sisi lain, terlihat seorang pria paruh baya yang ternyata adalah Pak Ustaz tengah celingak-celinguk mencari sesuatu.
Seorang warga pun menghampiri Pak Ustad.
Warga: “Mencari apa, Pak Ustaz?”
Pak Ustaz: “Mencari sandal saya, pak. Warnanya ijo mereknya swallow. Tadi saya taruh di pojok sini, tapi kok enggak ada. Yang ada justru sandal putus ini.”
Warga : “Waduh, kalau itu sih sudah pasti di bawa orang lain, Pak Ustaz.”
Pak Ustaz : “Ini sudah ketiga kalinya saya kehilangan sandal pas Shalat Jumat.”
(Epilog)
Pak Ustaz pun pulang berjalan kaki dengan mengenakan sandal Rizal yang ditinggalkan.
Source: www.inews.id/amp/news/nasional/3-contoh-naskah-drama-singkat-berbagai-tema-lengkap-dengan-strukturnya
Baca juga: Bimbel CPNS Online
Bagaimana Sahabat Latis, sudah mulai paham kan dengan materi Drama?
Supaya kamu makin paham dengan materi lainnya, bisa jawab PR dan tugas di sekolah dengan mudah dan prestasi kamu meningkat tajam, kamu bisa coba ikutan les privat Latisprivat lho!
Gurunya berprestasi dan biayanya juga hemat. Bisa online dan tatap muka juga. Fleksibel kan? Untuk info lebih lanjut, kamu bisa hubungi Latisprivat di line chat 085810779967.
Sampai ketemu di kelas!
Referensi:
Modul Bahasa Indonesia Kelas XI; Unsur Intrinsik Drama oleh Sutji Harijanti, M.P.d SMAN 5 Semarang.
Suherli, Maman Suryaman, Aji Septiaji, Istiqomah. 2017. Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Komentar
Posting Komentar